Senin, 09 September 2019
One Fine Day 8 .9. 2019
Terkadang yang dibutuhkan hanyalah sedikit waktu untuk tidak melakukan apa-apa dan hanya Tersenyum dan Bersyukur.
Quote hari ini adalah, "kebetulan itu tidak ada, yang ada adalah rencana Allah yang begitu sempurna."
Hari Minggu yang cerah dan yang perlu dilakukan untuk mengawali hari adalah dengan bersyukur atas segala yang melintas selama satu minggu kemarin. Berlanjut dengan menikmati kopi dan sarapan, lalu kemudian bergegas ke luar rumah untuk mengisi hari bersama seorang kawan baik.
Namun, manusia hanya bisa berencana, tetapi rencana Allah lah yang paling sempurna.
'Itinerary of the day' buyar, ketika sang kawan harus bergegas pulang untuk sebuah prioritas.
Blank - Don't know what to do next... until the singer of a band starts to perform with catchy voice. Walking toward the stage just to kill the time.
Penyanyi nya lucu dan penampilan bandnya pun menghibur.
Dan... sekilas mata ini bertumbuk pada sosok yang familiar, kok berasa deg-deg an...
Duh, perlu disapa ga ya?
Iya.... sosok yang hangat dan bersahaja, pemilik suara yang begitu khas sedang sibuk dengan handphone-nya merekam aksi panggung si penyanyi dan band pengiringnya.
Oh... Allahh.... dan kemudian sapaan dan obrolan pun mengalir.
"kebetulan itu tidak ada, yang ada adalah rencana Allah yang begitu sempurna."
The day that I remark as a thankful day .
Thank you for the ride!!!
and Let's visit Holland, soon !!!
Jumat, 30 Agustus 2019
Masih adakah Cinta Bumi Manusia
Sebuah catatan dari karya sastra yang divisualisasikan dalam bentuk film.
BUMI MANUSIA
Perjuangan Manusia di Bumi, tanah kelahiran yang belum merdeka kala itu.
Ketika hukum agama tidak diakui oleh hukum negara penjajah.
Memperjuangkan kebenaran Aqidah Agama Islam, sebagaimana Minke memperjuangkan Legalitas pernikahannya dengan Annelise.
Sebuah film Indonesia yang layak ditonton, penuh dengan jargon-jargon dan celoteh ala Jawa Timuran yang bikin rindu kampung halaman. Menampilkan visualisasi yang mengambarkan keindahan alam Ranah jawa.
Bukan roman picisan yang menye-menye, ini sebuah kerja keras tim dari karya sastra yang indah.
Para Casts pun memberikan penampilan terbaiknya, bravo buat mas Hanung. Sosok Minke yang dimainkan sangat pas porsinya oleh Iqbaal Ramadhan, tidak terlihat figur Dilan di sana (secara baru nonton lagi sehari sebelumnya), hanya di beberapa scene tampak image seorang Iqbaal remaja yang rebel.
Salut dan penghargaan terbesar teruntuk Kak Ine Febriayanti, pemeran Nyai Ontosoroh, aktingnya Juara. She should win the Trophy on Female Best Actress this year.
Salah satu pendapat dari teman nonton film kali ini adalah, "Sekilas tanpak seperti film romance biasa, namun ternyata penuh dan sarat dengan nilai-nilai yang bisa dipelajari. "Sepeti sebagaimana kita harus memiliki rasa sayang dengan keluarga melebihi rasa sayang kita dengan pasangan. Film ini juga banyak mengangkat nilai-nilai asli dari bangsa Indonesia yang sudah mulai ditinggalkan saat ini. Film ini layak dapat Bintang 5. It is 8 out of 10. Nothing is perfect, anyway. Kenapa bukan 9 dari 10, karena durasi hampir 3 jam dari film ini, masih belum bisa mengambarkan keseluruhan isi buku tersebut. Visualisasi film ini atraktif dan menarik, tidak bikin bosen, padahal ini bersumber dari karya sastra yang cukup berat. Lagu penutup "Ibu Pertiwi" sangat tepat dan memberikan klimaks yang menyentuh."
Entah yang lain, tapi scene dimana Minke yang memperjuangkan Legalitas Pernikahannya dengan Annelise di Ruang Persidangan Belanda, merupakan The Best Scene Ever. Karena memang Cinta harus diperjuangkan, apapun dan bagaimana pun.
Secara isi cerita, bagaimana pengorbanan sosok perempuan bernama Annelise di akhir cerita, memberikan kesan yang mendalam. Ini bentuk pengorbanan perempuan bukan penerimaan, karena dia tidak menerima keadaan, tapi dia rela berkorban untuk menghindari terjadinya pertikaian.
I Love you to the moon and back, Bumi Manusia, the Earth of Mankind.
BUMI MANUSIA
Perjuangan Manusia di Bumi, tanah kelahiran yang belum merdeka kala itu.
Ketika hukum agama tidak diakui oleh hukum negara penjajah.
Memperjuangkan kebenaran Aqidah Agama Islam, sebagaimana Minke memperjuangkan Legalitas pernikahannya dengan Annelise.
Sebuah film Indonesia yang layak ditonton, penuh dengan jargon-jargon dan celoteh ala Jawa Timuran yang bikin rindu kampung halaman. Menampilkan visualisasi yang mengambarkan keindahan alam Ranah jawa.
Bukan roman picisan yang menye-menye, ini sebuah kerja keras tim dari karya sastra yang indah.
Para Casts pun memberikan penampilan terbaiknya, bravo buat mas Hanung. Sosok Minke yang dimainkan sangat pas porsinya oleh Iqbaal Ramadhan, tidak terlihat figur Dilan di sana (secara baru nonton lagi sehari sebelumnya), hanya di beberapa scene tampak image seorang Iqbaal remaja yang rebel.
Salut dan penghargaan terbesar teruntuk Kak Ine Febriayanti, pemeran Nyai Ontosoroh, aktingnya Juara. She should win the Trophy on Female Best Actress this year.
Salah satu pendapat dari teman nonton film kali ini adalah, "Sekilas tanpak seperti film romance biasa, namun ternyata penuh dan sarat dengan nilai-nilai yang bisa dipelajari. "Sepeti sebagaimana kita harus memiliki rasa sayang dengan keluarga melebihi rasa sayang kita dengan pasangan. Film ini juga banyak mengangkat nilai-nilai asli dari bangsa Indonesia yang sudah mulai ditinggalkan saat ini. Film ini layak dapat Bintang 5. It is 8 out of 10. Nothing is perfect, anyway. Kenapa bukan 9 dari 10, karena durasi hampir 3 jam dari film ini, masih belum bisa mengambarkan keseluruhan isi buku tersebut. Visualisasi film ini atraktif dan menarik, tidak bikin bosen, padahal ini bersumber dari karya sastra yang cukup berat. Lagu penutup "Ibu Pertiwi" sangat tepat dan memberikan klimaks yang menyentuh."
Entah yang lain, tapi scene dimana Minke yang memperjuangkan Legalitas Pernikahannya dengan Annelise di Ruang Persidangan Belanda, merupakan The Best Scene Ever. Karena memang Cinta harus diperjuangkan, apapun dan bagaimana pun.
Secara isi cerita, bagaimana pengorbanan sosok perempuan bernama Annelise di akhir cerita, memberikan kesan yang mendalam. Ini bentuk pengorbanan perempuan bukan penerimaan, karena dia tidak menerima keadaan, tapi dia rela berkorban untuk menghindari terjadinya pertikaian.
I Love you to the moon and back, Bumi Manusia, the Earth of Mankind.
Langganan:
Postingan (Atom)