Jumat, 30 Agustus 2019

Masih adakah Cinta Bumi Manusia

Sebuah catatan dari karya sastra yang divisualisasikan dalam bentuk film.
BUMI MANUSIA



Perjuangan Manusia di Bumi, tanah kelahiran yang belum merdeka kala itu.
Ketika hukum agama tidak diakui oleh hukum negara penjajah.

Memperjuangkan kebenaran Aqidah Agama Islam, sebagaimana Minke memperjuangkan Legalitas pernikahannya dengan Annelise.

Sebuah film Indonesia yang layak ditonton, penuh dengan jargon-jargon dan celoteh ala Jawa Timuran yang bikin rindu kampung halaman. Menampilkan visualisasi yang mengambarkan keindahan alam Ranah jawa.

Bukan roman picisan yang menye-menye, ini sebuah kerja keras tim dari karya sastra yang indah.
Para Casts pun memberikan penampilan terbaiknya, bravo buat mas Hanung. Sosok Minke yang dimainkan sangat pas porsinya oleh Iqbaal Ramadhan, tidak terlihat figur Dilan di sana (secara baru nonton lagi sehari sebelumnya), hanya di beberapa scene tampak image seorang Iqbaal remaja yang rebel.
Salut dan penghargaan terbesar teruntuk Kak Ine Febriayanti, pemeran Nyai Ontosoroh, aktingnya Juara. She should win the Trophy on Female Best Actress this year.

Salah satu pendapat dari teman nonton film kali ini adalah, "Sekilas tanpak seperti film romance biasa, namun ternyata penuh dan sarat dengan nilai-nilai yang bisa dipelajari. "Sepeti sebagaimana kita harus memiliki rasa sayang dengan keluarga melebihi rasa sayang kita dengan pasangan. Film ini juga banyak mengangkat nilai-nilai asli dari bangsa Indonesia yang sudah mulai ditinggalkan saat ini. Film ini layak dapat Bintang 5. It is 8 out of 10. Nothing is perfect, anyway. Kenapa bukan 9 dari 10, karena durasi hampir 3 jam dari film ini, masih belum bisa mengambarkan keseluruhan isi buku tersebut. Visualisasi film ini atraktif dan menarik, tidak bikin bosen, padahal ini bersumber dari karya sastra yang cukup berat. Lagu penutup "Ibu Pertiwi" sangat tepat dan memberikan klimaks yang menyentuh."

Entah yang lain, tapi scene dimana Minke yang memperjuangkan Legalitas Pernikahannya dengan Annelise di Ruang Persidangan Belanda, merupakan The Best Scene Ever. Karena memang Cinta harus diperjuangkan, apapun dan bagaimana pun.

Secara isi cerita, bagaimana pengorbanan sosok perempuan bernama Annelise di akhir cerita, memberikan kesan yang mendalam. Ini bentuk pengorbanan perempuan bukan penerimaan, karena dia tidak menerima keadaan, tapi dia rela berkorban untuk menghindari terjadinya pertikaian.


I Love you to the moon and back, Bumi Manusia, the Earth of Mankind.